Senin, 17 Agustus 2015
TITIK TENGAH INDONESIA (1)
"Bukanlah manusia yang baik yang mengabaikan hatinnya" Bukanlan bangsa yang baik yang mengabaikan Jantung Negaranya"
“Jangan mengaku orang Indonesia" sebelum anda menginjak Umpungeng”
(Putra Tanah Betara)
Titik tengah Indonesia, merupakan tag line yang saya sematkan untuk kampung halamanku Umpungeng. Istilah ini muncul jauh sebelum saya mengenal adanya bangunan yang dibangun di pantai Losari yang diprakarsai oleh Pemerintah Kota Madya Makassar diera pemerintahan Walikota Bapak Arif Sirajuddin.Saat itu saya masih ditempat perantauan di ibukota. Awalnya penulis hanya mengekspresikan perasaan rindu kampung halaman yang sudah lama ditinggal merantau. Suatu saat penulis mendapat foto kampung Umpungeng yang dibawa oleh seorang keluarga yang sedang tugas belajar di Ibukota bernama Sardi Laesang dari kampung. Menyaksikan beberapa foto tersebut membuat penulis takjub dan senang luar biasa. Bayangan tentang kampung halaman serta merta bermunculan kembali. Saya pun terdorong untuk mengembangkan imajinasi dan ingatan tentang kampung halaman yang dulu sangat akrab dengan ku. Dari sekian potensi yang berhasil saya ingat, ada satu hal yang saya rasakan getarannya sangat kuat energinya menarik-narik imajinasi dan perasaanku. Pusat bumi (Posina Tanae) sebuah batu yang terletak di tengah-tengah sebuah situs megalitik bernama Garugae. Maka aku saat itu langsung men design sebuah gambar di computer kerjaku sebuah peta dan memberi titik persis di lokasi wilayah Umpungeng (belum menggunakan google earth) dan membuat lapisan lapisan garis dari mulai titik tengah hingga ke lapisan terluar untuk mempertegas argument titik tengah kemudian memberi judul peta tersebut sebagai “mid pint of Indonesia”.
Dari menggambar peta tersebut terus merembet kebanyak hal yang menyangkut Umpungeng. Semua foto yang saya dapatkan dari keluarga tersebut saya edit dan design satu persatu sesuka hati. Belum puas dengan hanya mengedit foto, saya membuat akun khusus bernama Umpungeng di google dan membuat blog sederhan bernama http://umpungeng.blog.com untuk memposting foto-foto yang baru saja saya edit. Karena merasa foto-foto yang ada masih sangat terbatas, untuk memuaskan hati, saya mulai berselancar di mesin pecari data di google.com untuk mencari foto-foto yang berasal dari Umpungeng dan sekitarnya. Namun usaha siang dan malam sepulang kerja hingga larut malam ingin menemukan foto lewat internet sia-sia. Tidak satu pun foto yang saya dapatkan, sedih karena tidak ada foto, sedih karena menyadari betapa kampung halamannku masih jauh dari sentuhan teknologi.
Suatu saat saya mencoba memperkenalkan kampung halamanku lewat peta google earth kepada beberapa mahasiswa eropa yang sedang tugas belajar di tempa saya bekerja. Saya mencoba zoom in dan mengutak-atik peta bola dunia di layar monitorku namun tidak berhasil menemukan tanda yang jelas. Akhirnya dua orang Mahasiswa tersebut meminta ke saya untuk gantian menunjukkan lokasi masing-masing kampung halamannya di Negara Polandia dan Serbia. Tidak lama kemudian dengan bangganya mengatakan ke saya “Sir. Look at that place, that is my home town” sambal menunjuk lokasi persisnya di map. “ what about your place? I thing your village is not discovered yet by technology”. Belum puas ngatain begitu mereka lanjut lagi dengan mengatakan “I thing your village in the jungle with wild animal there, isn’t it?” sambil tertawa lepas h h h.
Hal pula yang mungkin penyebab kenapa saya tidak pernah cerita ke teman-teman kantor saya tentang kampung halaman, ada perasaan khawatir dicemooh dan mereka akan menanyakan detil dimana persis lokasinya di peta. Hingga saya menyatakan pengunduran diri saya dari kantor, tidak satu pung teman kantor saya yang tau kalau sesungguhnya saya berasal dari tengah hutan rimba.
Sejak saya mendapat foto itu, rasa rinduku terhadap kampung halaman ku semakin kuat, hari-hariku kujalani dengan menulis artikel tentang kampung halam yang saya ingat atau saya karang, untuk selanjutnya saya posting di blog. Berbagai ide dan gagasan tentang bagaimana semustinya mengembangkan kampung halaman dengan kekayaan potensi sumber daya alam seperti di Umpungeng ini terus mengalir dalam hayalanku. Setelah berlangsung sekian lama dibayang-bayangi oleh keindahan panorama kampung halaman, saya mendapat tugas baru ke sebuah pulau terbaik dan terindah di Indonesia bernama Pulau Bintan. Disana saya banyak belajar tentang konsep pendidikan kepariwisataan berbasis ASEAN Standard Competency. Saya pun mulai tertarik mempelajari apa yang dimaksud dengan ecotourism. Aku menemukan bahwa konsep ini sangat relevan dengan kampung halamanku andai suatu saat akan di kembangkan sebagai destinasi pariwisata.
Dari sini saya mulai mengenal system aplikasi map canggih bernama google earth milik google. Saya pun mempelajari tehnik dan cara kerjanya. Setelah beberapa waktu, saya membuka akun khusus kampung Umpungeng di aplikasi Google earth yang saat itu masih terpisah dengan google.com dan menandai posisi yang saya tebak karena belum detilnya lokasi. Maklum saat itu hanya bagian perkotaan saja yang saat itu bisa terlihat dipeta secara detil. Kota Soppeng sebagai kota kabupaten ku pun belum tercover secara detil. Alhasil Umpungeng sukse didaftar di google earth dengan gambar yang sangat terbatas.
Dari sinilah awal mula saya tersadar bahwa selain Tanda yang saya buat di tengah lingkaran Situs megalitik Garuga e di Umpungeng berada persis ditengah-tengah peta juga berada persis di tengah huruf permulaan I dari kata INDONESIA, yang berarti posisi tanda pertegahan secara otomatis melekat pada Posisi Nama Negara Indonesia yang disematkan oleh www.google.com
Dari sini saya menemukan keajaiban, berbagai sudut pandang yang selaras dengan symbol titik tengah tiba-tiba bermunculan dalam benakku. Tiba-tiba aku sangat takjub dengan kampung halamannku, tiba-tiba aku sangat kagum dengan para leluhurku yang dengan kehebatan dan kekuatan insting kepemimpinannya telah meletakkan sebuah TANDA satu buah batu pertengahan di tengah lingkaran batu-batu besar itu, yang selaras dengan namanya, selaras dengan tekstur gunungnya, selaras dengan posisi regionalnya, selaras dengan letak geografi nasionalnya dan selaras dengan Teknologi teranyar diabad ini bernama google earth.
“kalau sebua rodah kendaraan saja membutuhkan lubang penyeimbang persis di titik tengah untuk menjaga perputaran roda yang stabil dan nyaman. Bagaimana roda pemerintahan sebuah Negara yang besar seperti Indonesia ini?”
Jika Darah yang mengalir dalam tubuhmu MERAH dan Tulang yang mengokohkanmu berdiri itu warnah PUTIH, maka tuan pasti tau jawabannya.
TITIK TENGAH INDONESIA (2)
"Hidup harmoni, selaras & seimbang"
- Kwalitas sumberdaya manusia
- System pertahanan dan keamanan
- Sistem ketatanegaraan
- Pengawasan yang lemah
- Keadaan ekonomi
- Data base kependudukan yang tidak singkron dll.
Jika Negara ini diibaratkan sebuah permainan gasing, maka sejak handel tali yang melilitnya ditarik dan dilepas, sejak saat itu pula bola gasing yang bernama INDONESIA berputar dan mencari titik tumpu yang dapat menahan dan menstabilkan perputarannya. Demikianlah Negara ini membutuhkan titik perputaran untuk menjaga agar rodah pemerintahan dapat berjalan dengan tenang, warga memiliki kemerdekaan untuk berkreasi dan berkarya demi kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
Apa urgensi titik? Tergantung dari sudut mana kita akan melihatnya. Jika saya seorang penulis, maka saya membutuhkan suatu titik untuk mengakhiri tulisan atau memulai kalimat baru. Bisa dibayangkan jika sebuah karya tulis tanpa titik sangat berpotensi menimbulkan kesalah fahaman diantara sesama pembaca.
Lantas kenapa titik tengah itu berada di Sulawesi Selatan? Sebagai mana kita sudah mahfun bersama bahwa Makassar merupakan City Center of Indonesia / Kota Pertengahannya Indonesia, Kota Sulawesi Selatan ini juga memiliki Bandara Internasional yang sangat strategis melayani hampir semua provinsi di Indonesia baik Indonesia Barat, Indonesia Bagian tengah dan Indonesia bagian Timur dengan jarak tempu yang hampir sama. Kita juga menunggu proses pembangunan supermewah Wisma Negara INDONESIA di kawasan yang diberi nama “Center Pint Of Indonesia” (CPI) yang berlokasi di Pantai Losari Makassa.
Terbentuknya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Takdir / dan Ketetapan Allah sebagaimana tercamtum dalam kanum asasi Negara Kita Undang Undang Dasar Negara Repulik Indonesia yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan yang Luhur”. Dengan kata lain Negara ini memang sudah disiapkan untuk sebuah bangsa bernama INDONESIA melalui proses panjang yang akhirnya di Proklamirkan oleh Sukarno-Hatta. Maka jika anda percaya Takdir, ketetapan atau Karunia Allah maka sangat boleh jadi bangsa-bangsa yang lebih dulu pernah mendiami wilayah Nusantara ini juga memiliki keyakinan yang sama dengan keyakinan para pelaku sejarah bangsa Indonesia yang terdokumentasi dengan baik. Sangat boleh jadi orang-orang sebelum era perjuangan itu juga memiliki ingsting seorang Negarawan yang visioner sehingga dapat membaca kemungkinan hadirnya sebuah Negara kesatuan berikut dengan batas wilayahnya. Jika asumsi ini benar maka sangat mungkin seorang bijak tempo doloe telah menetapkan ikhtiar yang sempurnah untuk menyimpan atau memainkan symbol-symbol yang kelak akan menjadi panduan / pedoman bagi generasi sesudahnya. Sama halnya dengan para Perumus Proklamasi kemerdekaan kita yang telah membuat symbol-symbol berupa Bendera Merah Putih yang berarti bangsa Indonesia harus Berani dan berjiwa Ikhlas atau suci, garuda yang berarti Bansa Indonesia harus berjiwa lima sila sebagai syarat untuk hidup di dalam Negara Kesatua Republik Indonesia, Monas yang berarti Bangsa Indonesia harus Berjiwa Nasionalis, Masjid Istiqlal yang berarti bangsa Indonesia harus Merdeka dan berdaulat dan banyak lagi symbol-symbol berharga yang lainnya.
Maka kini saat yang tepat menjelang Sholat Jum’at tgl 4 September 2015 pkl 10.30 saya perkenalkan sebuah symbol yang merupakan Jantung Indonesia. Di suatu kawasan yang hingga saat ini masih sangat terisolir meski berada di sebuah Kecamatan Kota bernama Lalabata di Kabupaten Soppeng. Kampung beradaban kuno Bugis bernama Tanah Rigella, Tanah Maradeka, Tanah Ancajingeng, Toddang Angin, Tanah Boccoe, Lalabata atau yang kini dikenal dengan nama Umpungeng.
Umpungeng berasal dari kata Assisumpungeng yang berarti Silaturrahiim. Inilah tempat dimana pernah menjadi pusat pertemuan bangsa bangsa Bugis, Menggelar upacara-upacara pelantikan dan termasuk wilayah yang aman untuk persembunyian para tokoh penting seperti Arung Palakka.
Berbagai sudut pandang kenapa tempat ini layak menjadi jantung atau titik Tengah Indonesia antara lain:
1. Sosial budaya
Secara kultur masyarakat Umpungeng meski tinggal di pegunungan namun tidak tinggi hati alias
tawaddu, mereka senang menolog dan menghargai orang lain. Hal ini menyebabkan orang Umpungeng disukai banyak orang dan bisa hidup dikalangan mana saja. Ini berarti orang Umpungeng memiliki magnet yang dapat menarik dan mepersatukan orang lain yang dalam istilah bugis disebut Mappasisumpungeng lolo / menyambungkan silaturrahiim. Kebiasaan sebagia orang Umpungeng merantau tidak menyebabkan lupa kampung halaman. Bahkan sebaliknya mereka senantiasa merayakan kesuksesan dirinya dengan mengadakan doa syukuran dan makan-makan besama dikampung disaat usaha atau pekerjaan mereka menjadi lebih baik. Ini teradisi dan budaya syukur dan berterima kasih terhadap kampung halaman yang masih lestari hingga saat ini. Budaya pulang kampung bagi sebagian besar keturunan Umpungeng yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia juga selalu rutin pada setiap hari raya. Ini merupakan bukti kuat bahwa Kampung Halaman Umpungeng benar-benar memiliki magnet dan daya Tarik yang kuat sebagai titik pertemuan terhadap warga keturunan Umpungeng.
tawaddu, mereka senang menolog dan menghargai orang lain. Hal ini menyebabkan orang Umpungeng disukai banyak orang dan bisa hidup dikalangan mana saja. Ini berarti orang Umpungeng memiliki magnet yang dapat menarik dan mepersatukan orang lain yang dalam istilah bugis disebut Mappasisumpungeng lolo / menyambungkan silaturrahiim. Kebiasaan sebagia orang Umpungeng merantau tidak menyebabkan lupa kampung halaman. Bahkan sebaliknya mereka senantiasa merayakan kesuksesan dirinya dengan mengadakan doa syukuran dan makan-makan besama dikampung disaat usaha atau pekerjaan mereka menjadi lebih baik. Ini teradisi dan budaya syukur dan berterima kasih terhadap kampung halaman yang masih lestari hingga saat ini. Budaya pulang kampung bagi sebagian besar keturunan Umpungeng yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia juga selalu rutin pada setiap hari raya. Ini merupakan bukti kuat bahwa Kampung Halaman Umpungeng benar-benar memiliki magnet dan daya Tarik yang kuat sebagai titik pertemuan terhadap warga keturunan Umpungeng.
2. Sejarah
Dalam tinjauan sejarah, saya memiliki keterbatasa untuk menyajikan tulisan sejarah Umpungeng berdasarkan kaidah keilmuan sejarah. Hal ini disebabkan karena belum lengkapnya data secara outentik bagaimana perjalanan sejarah umpugeng dari masa ke masa. Namun berdasarkan penuturan asli dari salah seorang tokoh masyarakat Umpungeng, kita bisa membaca cerita asal mula nama (Mula Pattellareng na) Umpungeng (baca Sejarah Asal mula Umpungeng). Disamping hal tersebut saya bersama beberapa generasi muda Umpungeng terus bekerja mengumpulkan dokumen yang terkait demi menyempurnakan informasi sebelum disajikan kepada pembaca yang budiman.
3. Letak Geografis
Posisi kampung Umpungeng berada di puncak salah satu dari tiga deretan bukit yang terbentang dari timur kebarat. Nampak menyerupai tubuh manusia yang tengah terbujur dengan posisi kaki di sebelah timur dan kepala di sebelah barat. Kampung Umpungeng terletak persis diatas puncak bukit bagian tengah. Ditengah tengah perkampungan ini terdapat situs megalitikum berupa lingkaran Batu yang dinamakan GARUGA e. Ditengah lingkaran tersebut terdapat satu batu yang menjadi tanda posi tanah (Pusat Tanah). Yang menarik adalah kampung Umpungeng diapit oleh dua sungai yang indah serta dikelilingi oleh Gunung yang ketinggiannya berkisar 1000 s.d 1500 dpl.
Secara regional posisi Umpungeng berada diantara pusaran 5 Kabupaten dan 1 Kota Madya yang penduduknya merupakan Suku Bugis Asli yakni Sebelah Barat terdapat Kab. Barru, Sebelah Utara terdapat Kodya Pare-Pare dan kabupaten Sidrap, sebelah Timur terdapat Kota Soppeng dan Kab.Wajo, Sebelah selatan terdapat Kab. Bone. Hal ini membuat Posisi Umpungeng memiliki posisi sebagai titik pusaran regional suku Bugis yang sangat strategis.
Dalam sekala Nasional, posisi geografis Sulawesi Selatan sangat jelas sebagai Provinsi Pertengahan yang menjadi jembatan penghubung diantara Indonesia bagian Barat dan Indonesia bagian Timu, serta Indonesia Bagia Utara dan ujung selatan Indonesia. Maka pembangunan Gedung Center Point of Indonesia yang saat ini sedang berlangsung di Pantai Losari Makassar merupakan salah satu reflexi Pemerintah untuk menunjukkan betapa penting memiliki titik keseimbangan / titik tengah Indonesia. Maka keberadaan sebuah situs tua di Umpungeng sebagai sebuah tanda pertengahan bukanlah suatu kebetulan melainkan sudah di persiapkan oleh orang-orang terdahulu jauh sebelum Indonesia Terbentuk.
4. Batu sebagai titik
Batu memiliki karakter sebagai benda padat yang keras, di beberapa tempat bersejarah dan berpengaruh di berbagai belahan dunia ini umumnya terdapat tanda-tanda sejarah yang terbuat dari batu. Sebegitu pentingnya yang bernama batu, maka pernah berlalu suatu zaman di dunia ini yang masyarakat nya hanya mengenal batu sebagai alat utama, maka disebutlah era tersebut sebagai zaman batu. Bahkan saat ini zaman batu kembali menjadi primadona perhiasan bagi mayoritas masyarakat.
Secara khusus saya ingin perkenalkan sebuah batu yang orang menyebutya Batu Pertengahan (Posi Tanah) pada Laleng Batu / Lalabata (dalam lingkaran Batu) bernama Garugae. Batu yang bentuknya biasa-biasa saja ini sepintas tidaklah bernilai apa-apa. Batu yang merupakan tanda pertengahan (Posi tanah) itu diletakkan persis pada posisi pertengahan. Yang istimewa menurut saya dari batu ini adalah karena saya selalu rindu untuk kembali menatapnya kemanapun saya berada. Apakah karena alasan tanah kelahiran? Faktanya banyak orang yang datang dari berbagai daerah yang datang khusus untuk melakukan hal yang sama dengan saya, baik mereka yang memiliki hubungan darah atau tidak. Saya semakin kagum dengan orang-orang terdahulu yang pernah hidup di Kampung ini yang dengan visi dan wawasan kebangsaanya dapat menjangkau banyak generasi berikutnya hingga terbentuknya satu Negara kesatuan yang berdaulat. Saya bangga kepada siapa pun yang telah meletakkan batu sederhana ini sebagai sebuah symbol yang telah membantu memori dan kesadaran kemanusiaanku untuk senantiasa mengingat titik nadiku, titik nuraniku bahkan titik akhir dari kehidupan ku. Saya bersyukur karena telah dibentangkan dihapan mataku sebuah simpul kesadaran untuk memahami siklus kehidupan yang begitu tertata dan terencana ini (bagi yang mau merenungkan), TER lahir dari suatu tanah ancajingeng (kelahiran) TER sebar di atas bumi dan TER panggil kembali pada titik sebelum titik akhir kehidupan.
5. Teknology Informasi
Dewas ini kita memasuki era globalisasi informasi dan technology, semua dapat tersaji dihadapan kita secara instan. Pengetahuan yang dulu kita peroleh secara manual dan terbatas kini bisa di konfrontir tingkat kebenaran dan akurasinya lewat bantuan technology. Sebuah tempat bernama GARUGAE yang dulu dikenal secara terbatas oleh warga Umpungeng dan sekitar kawasan sebagai Pusat Tanah Ancajingeng (Posi Tanah Kelahiran), dengan bantuan technology kini bisa di lihat dan ditandai secara akurat tempat tersebut di sebuah aplikasi canggih bernama Google earth. Sebagai informasi bahwa Google earth ini merupakan salah satu perangkat lunak berbasis internet yang dirancang oleh Keyhole Inc dan kemudian dikembangkan oleh perusahaan mesin pencari bernama Google. Google earth membuat pemetaan bumi melalui superimposisi gambar yang didapatkan dari hasil pemetaan satelit, foto udara serta menggunakan globe GIS 3 D yang kemudian diolah oleh Google menjadi satu program aplikasi yang dapat di akses oleh jutaan pengguna dari seluruh dunia secara muda (user friendly) yang dapat membantu kita menemukan lokasi / dan tempat dimana saja kita mau.
Ini merupakan satu keajaiban bagi saya, terjadinya keselarasan diantara sebuah tanda (Pusat Tanah) manual yang sudah terlebuh dahulu dikenal dan dipersepsikan masyarakat lokal sebagai titik pertengahan tiba-tiba hadir sebuah aplikasi technology super canggih yang dapat membenarkan posisi tanda yang berada di Lalabata Umpungeng tersebut sebagai Titik Tengah INDONESIA. Ini bukanlah suatu kebetulan dan pasti mengandung hikmah bagi orang yang mau merenungkan hakikat berdirinya sebuah Negara. Hidup adalah pilihan, Anda boleh percaya boleh juga tidak. Saya hanya merindukan INDONESIA kelak menjadi sebuah Negara yang berdiri kokoh, roda pemerintahannya stabil dan Masyarakatnya hidup tenang yaitu masyarakat yang menjaga titik keseimbangan hidup, masyarakat yang senantiasa rindu untuk kembali, senantiasa mengingat Qolbu “hanya dengan mengingat Allah hati akan tenang (QS ar-Ra’ad ayat 28 ”
"Andai saja Tanda titik tengah ini tidak dikenal atau tidak diakui, maka sepatutnya Pemimpin Negeri ini membangun tanda atau icon pemersatu, agar generasi muda bangsa Indonesia lebih mudah memahami pesan dari sila ke 3 Dasar Negara Indonesia, sebagaimana teknology komunikasi saat ini memanjakan para konsumen nya dengan fitur yang berupa icon-icon aplikasi"
Kamis, 30 April 2015
Profile Umpungeng
Umpungeng
merupakan nama salah satu dusun yang terdapat di Desa Umpungeng. Sebelum
pemekaran, sebanyak kurang lebih 5 dusun yang terletak di kawasan pegunungan
Kabupaten Soppeng ini yakni Dusun Umpungeng yang terdiri atas 3 RW(Umpungeng,Jennae
& Bulu Batu), Dusun Liangeng, Dusun Jolle, Dusun Cenrana dan Dusun Pangempangnge berada dalam wilayan Pemerintahan Kelurahan Lalabata yang
berkedudukan di Salotungo sebuah Dusun di pinggiran Kota Kabupaten Soppeng.
Atas prakarsa dari Alm. Bapak H.Husain (putra Umpungeng) yang saat itu menjabat
sebagai kepala dusun di Jolle, Kelurahan Lalabata di mekarkan menjadi beberapa
Desa dan Desa Umpungeng merupakan salah satunya.
Desa
Umpungeng terletak 100 km sebelah utara kota Makassar dan 10 km sebelah Barat
Daya Ibu kota Kabupaten Soppeng. Dapat ditempuh kurang lebih 3 jam perjalanan dari Bandara Internasional
Sultan Hasanuddin Makassar. Desa ini terletak di kawasan pegunungan Neneconang
dan gunung Laposo yang ketinggiannya mencapai 1000-1500 DPL.
Menurut data Badan Pusat Statistik Kab.Soppeng Luas
wilayah Umpungeng mencapai 85 km persegi atau sekitar 30,57 % dari total luas
wilayah Kabupaten Soppeng, kawasan Umpungeng terdiri dari pegunungan dan
perbukitan. Daerah ini merupakan wilayah paling barat Pemerintahan Kabupaten
Soppeng yang berbatasan dengan Kab.Barru sebelah barat dan Kab.Bone di sebelah
Selatan. Wilayah yang beradah dilereng Gunung Poso ini merupakan daerah dengan
curah hujan cukup tinggi menjadikan Desa Umpungeng sebagai kawasan resapan air
yang paling utama. Sejumlah aliran sungai menjadi pemisah antar dusun
satu dengan yang lainnya menyebabkan beberapa dusun terisolir dan hanya bisa
dijangkau dengan berjalan kaki. Sungai-sungai tersebut mengalir
dari kawasan Umpungeng dan bermuara ke sungai Langkemme yang selama ini
merupakan irigasi paling penting yang melayani kebutuhan pengairan ribuan
hektar sawah di sejumlah daerah.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kab.Soppeng tahun
2010 Jumlah penduduk Desa Umpungeng secara keseluruhan sebanyak 3067 orang
yang tersebar di 6 Dusun terdiri atas berbagai profesi, namun secara umum
masyarakat Desa Umpungeng berprofesi sebagai Petani. Komoditi unggulan
masyarakat umumnya Cengkeh, Kakao, Kopi, Jahe, Kemiri, Pangi (keluwak) dan
Fanili. Selain pertanian, Desa Umpungeng juga dikenal sebagai sentra produksi
Gula Areng dan rotan. Banyak potensi sumber daya alam lainnya yang belum
tergarap dengan baik akibat dari keterbatasan kemampuan tehnik dan keterampilan
yang dimiliki warga. Peningkatan kreatifitas dan kemampuan memberi nilai tambah
pada setiap produk merupakan kunci keberhasilan yang harus menjadi perhatian
semua pihak khususnya Pemerintah.
Keramah-tamahan dan semangat Gotong Royong penduduk merupakan
karasteristik warga Desa Umpungeng.Setiap tamu yang berkunjung dapat menikmati
pemandangan alam yang indah serta sambutan hangat dari para warga. Sebuah
falsafah hidup yang menjadi pegangan warga secara turun temurun adalah "tamu
merupakan anugrah dari Allah, oleh karenanya kehadirannya pastilah membawa hikmah
dan kebaikan yang harus senantiasa di syukuri".
Jika anda berencana berkunjung ke Desa Umpungeng, ada baiknya anda
menyimak beberapa informasi tips perjalanan berikut:
- Kantor Desa
Umpungeng berkedudukan di Dusun Jolle. Untuk menjangkaunya dapat melalui 2
akses jalan yaitu pertama dari arah timur melalui Lebba-e,
Tengngapadangnge, Lagoci dan yang Kedua melalui poros Takkalala
tepatnya di Dusun Woddi, Desa Timusu.
- Dusun Umpungeng
berada 5 km sebelah barat kantor Desa Umpungeng. Jika anda bermaksud
melanjutkan perjalanan dari Kantor Desa Umpungeng, terdapat dua akses
jalan masuk. Pertama anda berbalik ke arah timur menuju Desa
Gattareng Toa. Di persimpangan jalan ini terdapat sejumlah alat
transportasi ojeg khusus melayani rute Gattareng dan Dusun Umpungeng.
Jalur alternatif kedua namun tidak direkomendasikan bagi anda
yang kurang menyukai tantangan, namun bagi anda yang memiliki jiwa
petualangan kami sarankan agar melakukan persiapan terlebih dahulu
sebelum anda berangkat, mengingat jalur yang anda akan lalui sangat
menantang, harus ditempu dengan jalan kaki melalui tebing, tanjakan terjal
dan sungai-sungai yang mengalir deras.
- Jika anda
mengidap penyakit tertentu, dianjurkan membawa obat khusus pribadi yang
direkomendasikan oleh dokter. Anda juga dapat mencoba ramuan obat herbal
tradisional yang sudah diolah oleh warga.
- Berhubung
cuacanya dingin, disarankan membawa pakaian tebal secukupnya untuk
kenyamanan.
- Jangan membuang
sampah plastik sembarangan di sepanjang perjalanan anda, sampah plastik
sebaiknya dibakar atau di masukkan kembali ke tas bawaan anda untuk
menjaga kawasan tetap steril dari polusi.
- Jangan membuang
cairan kimia atau sejenisnya ke dalam sungai.
- Hindari
perkataan dan prilaku negatif lainnya yang berpotensi mencelakakan diri
sendiri atau orang lain.
- Luangkan sedikit
waktu anda untuk menanam pohon sebagai bukti kecintaan anda pada alam dan
kehidupan. Akan lebih baik lagi jika anda berkenan membawa biji tanaman
khas daerah anda sebagai tanda tangan sedekah jariyah.
- Berdo'alah
sebelum berangkat, mintalah perlindungan hanya kepada Allah.
Minggu, 22 September 2013
Umpungeng mengarah ke Sudut Hajar Aswad.
Sudah sejak lama penulis mendengar cerita-cerita orang tua tentang hubungan Umpungeng dengan Kabbah, tempat dimanah ummat Muslim seluruh dunia menghadap ketika Shalat. Sepintas tidak ada yang spesial, karena memang Kabbah yang merupakan arah kiblat bagi orang-orang beriman sejak jaman kenabian Nabiullah Ibrahim AS hingga Nabiullah Muhammad Sallalahu Alaihi wa Sallam. Nama Makkah atau Bakkah (bugis Tabbakka) tempat bangunan Kabbah ini beradah sering di jelaskan oleh orang tua penulis sebagai tempat terbukanya (tabbakkana) ajaran tauhiid yang diterima oleh para utusan Nabi dan Rasul. Namun sebelum Bakka (tabbakka) / terbuka, konon ajaran tauhid ini masih berada di negeri bawah angin (Toddang Angin) yang dikenal dengan Umpungeng.
Bagaiman kebenaran cerita ini? Bagaimana cerita selengkapnya tentang hubungan Makkah dengan Umpungeng? Penulis sendiri memiliki keterbatasan pengetahuan tentang hal ini. Namun jika anda ingin menggali cerita yang lebih detil tentang hal yang dimaksud, anda bisa luangkan waktu untuk datang dan bertanya seputar sejarah Umpungeng kepada tokoh masyarakat di Umpungeng.
Lepas dari itu semua, penulis ingin mengajak untuk menyimak gambar yang telah diambil oleh penulis dari sumber google earth, sebuah aplikasi canggih milik google yang dapat dengan mudah menunjukkan lokasi, jarak dan situasi tempat dimana pun di permukaan bumi ini secara real time dengan tingkat akurasi tinggi. Dari urutan gambar berikut ini diperoleh informasi berdasarkan garis merah yang di buat oleh penulis menunjukkan bahwa Masjid Jabal Nur Umpungeng persis mengarah ke sudut Hajar Aswad di Kabbah. Subhanallah, hal ini dapat dimaknai banyak hal, terutama kita selaku Ummat Islam yang berada di garis Hajar Aswad ini dapat kesempatan untuk mengakses kekuatan magnet batu hitam yang berasal dari surga yang bernama Hajar Aswad ini disaat kita sedang atau diluar Sholat. Untuk lebih jelasnya silahkan perhatikan garis MERAH di setiap gambar berikut ini. Wallahu a'lam bisshawwab.
Powered by TripAdvisor